Find the Magic HERE!!!
Latest News

SENI MENDENGAR

Senin, 04 Januari 2010 , Posted by Hasan Ismail at 01.32

SENI MENDENGAR
Berbicara sebagai keterampilan dasar manusia dalam berkomunikasi sering kita bahas, namun sangat sedikit yang mengulas bagaimana cara mendengar yang baik.
Rosulullah-pun mengingatkan, barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah dengan kata-kata yang baik ataupun lebih baik diam. Alasannya masuk akal, sebab kata-kata kita kelak akan dipertanggungjawabkan (QS. 50:18), sehingga kita senantiasa dituntut untuk berhati-hati dalam berbicara dan bahkan nabi Musa AS ketika berhadapan dengan Firaun mengungkapkan doa : “…dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku supaya mereka mengerti perkataanku (QS. 20 : 27-28).
Sedangkan mendengar hampir sulit bisa dilakukan oleh kebanyakan orang, padahal dengan mendengarlah ilmu bisa diserap, sebuah masalah bisa dipecahkan dan sebuah gagasan bisa diwujudkan. Oleh karena manusia diciptakan Allah dengan satu mulut dan dua pendengaran yang seharusnya proporsi mendengar harus lebih banyak daripada berbicara. Rata-rata para pemimpin dunia memiliki kemampuan mendengar yang baik, selain kemampuan berbicara.
Sebagaimana diungkapkan oleh Benjamin Franklin mengungkapkan :
“Mengingat bahwa dalam pembicaraan pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada melalui mulut. Saya memberikan tempat kedua kepada sikap diam diantara keutamaan yang hendak saya kembangkan”.(Betgerr, 1995:92)
Sedangkan Frank Betgerr (1996) mengungkapkan bahwa :
“dalam pembicaraan, pengetahuan lebih banyak diperoleh melalui telinga daripada melalui mulut, saya memberikan tempat kedua kepada sikap diam diatara keutamaan yang hendak saya kembangkan”.
Ketika berbicara, biasanya kita mendengarkan dalam salah satu dari lima tingkat :
1. Kita mungkin mengabaikan orang itu dan benar-benar tidak mendengarkannya.
2. Mungkin berpura-pura tidak mendengarkannya
3. Mendengarkan tapi lebih selektif pada bagian-bagian tertentu dari pembicaraan.
4. Mendengarkan secara atentif dan menaruh perhatian dan memfokuskan enegi pada kata-kata yang diucapkannya.
5. Mendengarkan secara empatik, mendengarkan untuk mengerti tapi untuk menjawab persoalan yang ada. Dalam arti mendengar bukan hanya dengan telinga saja tetapi dengan mata dan hati.
Dengan melihat tingkatan mendengar diatas maka mendengarkan membutuhkan keterampilan khusus, sebagaimana berbicara. Karena mendengarkan adalah cerminan pribadi seseorang. Sebagaimana diungkapkan oleh David J. Schwartz (1996:154) mengungkapkan bahwa :
“… semakin besar orang yang bersangkutan, semakin cenderung ia mendorong anda untuk berbicara, semakin kecil orang yang bersangkutan semakin cenderung ia mengkhotbahi anda”.
Kebanyakan pemimpin yang baik didalam semua bidang kehidupan menghabiskan jauh lebih banyak waktu meminta nasehat dan meminta pendapat bawahannya daripada banyak berbicara.
Diantara keterampilan mendengar diungkapkan BS.Wibowo,dkk (2002:92) dari kupasan Geoff Nightingale dalam Synergenic antara lain :
Dengarkan gagasannya bukan fakta dan tanyalah diri sendiri apa yang pembicara maksudkan.
Nilailah isinya, bukan cara penyampaiannya.
Dengarkan dengan penuh harapam, jangan langsung kehilangan minat
Jangan cepat menarik kesimpulan
Sesuaikan pencatatan anda dengan pembicaraan
Pusatkan perhatian, jangan mulai bermimpi dan jagalah mata anda agar tetap tertuju pada pembicaraan.
Jangan mendahului pikiran pembicara, anda akan kehilangan jejak.
Dengarlah dengan sungguh-sungguh waspada dan bergairah.
Kendalikan emosi waktu mendengar
Bacalah fikiran anda, berlatihlah untuk menerima informasi baru.
Bernafaslah perlahan dan dalam-dalam
Jangan tegang santai sajalah.
Sedangkan menurut James K. Van Fleet (1996:179) dalam bukunya : “Key to Success with people” mengungkapkan seni mendengar yang efektif sebagai berikut :
Berikan sepenuh hati pada orang lain
Mendengarkan dengan serius
Tunjukan minat pada perkataan orang
Usahakan bebas gangguan
Tunjukan kesabaran
Bukalah pikiran anda
Dengarkan setiap gagasan
Hargai isinya, bukan cara penyampaiannya.
Turunkan senapan anda
Belajarlah mendengarkan apa yang tersirat.
Sedangkan David J Swartz dalam bukunya “The Magic of Thinking Big” (1996: 154) mengungkapkan seni mendengar kedalam tiga tahapan dan untuk menguatkannya dengan cara bertanya dan mendengarkan :
Dorong orang lain berbicara
Uji pandangan anda dalam bentuk pertanyaan
Berkonsentrasilah pada apa yang dikatakan orang lain
Salah satu kebutuhan manusia yang terbesar adalah didengarkan ketika ia sedang berbicara. Namun, sedikit sekali orang yang bersedia menjadi pendengar yang baik. Orang lebih suka berbicara. Apa saja sih manfaat mendengarkan?
Pertama, mendengarkan berarti anda sedang membangun hubungan dengan si pembicara. Orang itu akan merasa diperhatikan dan selanjutnya ia akan berbalik memerhatikan anda. Setidaknya, ia akan lebih memerhatikan anda karena ia sudah didengarkan.
Kedua, mendengarkan dapat memberi kelegaan bagi si pembicara saat ia menghadapi masalah. Anda mungkin tidak dapat memberikan solusi atas masalah yang sedang ia hadapi. Tetapi, dengan mendengarkan, anda sudah menolong orang itu untuk mengatasi sebagian masalahnya.
Ketiga, mendengarkan dapat memberi pencerahan. Orang akan lebih mudah menerima pendapat anda setelah ia didengarkan. Dalam hal ini langkah-langkah pencerahan tersebut adalah: 1) anda perlu mendengarkan sambil sesekali mengajukan pertanyaan; 2) baru kemudian anda memberikan pendapat atau penjelasan anda.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari suatu pembicaraan, kita perlu mendengarkan terlebih dahulu.
Saran-saran yang harus dilakukan apabila ada seseorang yang berbicara di depan kita :
Berhentilah berbicara ketika harus mendengarkan
Anda tak bisa mendengar dengan baik jika Anda terus berbicara. Berilah kesempatan pada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya hingga selesai. Jangan potong pembicaraan orang lain.
Jika Anda mendengarkan dengan baik, Anda tak hanya membangun hubungan emosi dengan orang tersebut, namun Anda juga telah berhasil menunjukkan penghargaan padanya karena Andabersediamendengarkandirinya.
Tunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh
Tatap mata lawan bicara Anda saat ia berbicara. Jauhkan segala hal yang bisa mengganggu, seperti televisi, membacakoran, atau sms.

Tunjukkan rasa empati
Hal ini mungkin dilakukan bila Anda bersedia berusaha menempatkan diri pada posisinya.
Kenali juga karakter lawan bicara anda
Ada orang-orang tertentu yang mudah sekali mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, namun beberapa orang sepertinya mengalami kesulitan. Untuk itu, diperlukan pengertian dan kesabaran ekstra.


Lontarkan pertanyaan yang tepat
Maksudnya adalah pertanyaan yang sifatnya memancing nasihat, pendapat, atau pandangan, dan bukan bersifat menyerang atau memojokkan.

Jagalah emosi anda
Jagalah hati dan emosi Anda sampai ia selesai berbicara. Jangan mudah terpancing oleh kemarahan, kekhawatiran, maupun prasangka yang belum jelas. Konfirmasi informasi yang Anda dengar. Pastikan bahwa apa yang ia sampaikan sesuai dengan apa yang Anda tangkap.




Currently have 2 comments:

  1. Anonim says:

    Wow, greet blog !

Leave a Reply

Posting Komentar